Monday, October 1, 2007

Tetesan Gerimis

Aku hanya bisa mengajakmu meniti jalan berliku
Aku hanya bisa mengajakmu berbicara dari hati
Dari hati yang dipenuhi ceceran debu gurun Sahara
Hati yang ditemani teriakan burung elang gurun yang ganas
Seganas harimau di Benua Hitam
Seganas hutan rimba
Seterjal gunung dan keganasan lembah Amazon
Meski aku mencoba menikmatinya
Layaknya menikmati perjalanan di rimba raya
Dan gunung pencakar awan, pencinta bumi
Dan stabilisator keindahan alam

Aku hanya ingin membawamu mengikuti percikan gerimis hujan
Membawamya satu demi satu, sedikit demi sedikit, tetes demi tetes
Menangkap, mengumpulkannya,
dan membasuhkannya ke dalam hati
Hati yang dipenuhi debu Sahara
Yang tersorot sinar surya di atas kepala

Namun, tetes demi tetes gerimis itu makin jarang kudapati
Hingga akhirnya menghilang di batas kampung
Aku terus berlari mencari setetes gerimis yang terbawa angin
Namun, aku tak bisa mengumpulkan lebih banyak lagi tetesan gerimis
Tetesan demi tetesan itu pun tak cukup digunakan
Sebab, terlalu banyak lagi yang mesti kukumpulkan

Engkau begitu lelah melihat prosesi ini
Bahkan tak akan sanggup menunggu perjalananku
Ya, aku hanya akan membawamu tertatih tatih
Akan sulit bagimu, juga bagiku
Aku pun tak sanggup melihatmu tergopoh-gopoh kesakitan
Tersendat sendat rimbunnya pohon dan semak belukar yang kau lalui
Aku tak ingin melihat matamu meneteskan air

Jatinangor, Di Penghujung September