Friday, February 29, 2008

The First Woman



Panas terik matahari siang amat menyengat,
kepala terasa mendidih dibakar mataharia.
ku duduk di atas sadel suzuki
sambil menutup kepala dengan helm
siang itu, pertemuan yang kesekian
sejak berpisah beberapa tahun yang lalu
dia nampak lusuh,
namun senyumnya selalu menawan, dengan jilbab putihnya.
dia nampak sedih, namun selalu bisa ditutupinya
tapi aku tak bisa dibohonginya
terlihat gurat kehidupan di wajahnya
aku hanya bisa...:-(
wajah yang dulu ayu, anggun, syahdu, dan penuh keibuan
kini nampak sendu,wajahnya tidak secerah dulu
tidak sesegar dulu
ada gurat-gurat kehidupan yang nampak lekat.
dulu ia selalu tersenyum
bahkan ia tak bisa terus kupandang
selalu tertunduk malu bila kutatap matanya
ada rona merah di wajahnya.
namun itu dulu beberapa tahun yang lalu.
kutanya kabarnya dan begitu sebaliknya.
ia terlihat buru-buru pergi
meninggalkan obrolan yg blom selesai
padahal aku ingin bicara banyak hal.
ya sudahlah...
kulihat di kejauhan ia berjalan berdua
dengan seorang yg pastinya sangat ia cintai.
seseorang yang membawanya ke realitas hidup yang sejati.
sambil menawar dan membeli buah semangka
oleh-oleh buat yang di rumah.
menyusuri sisi jalanan terminal yang ramai.
sepanjang jalan aku hanya bisa memandang
mengingat masa lalu.
semoga mereka bahagia merajut mimpi berdua...
membangun rumah tangga
di atas altar kebahagian..
selasa 23 Oktober 2007

2 comments:

  1. emmmm mantan kekasih jaman dulu yaaa cintt.....tapi situ ga patah hati kannn...hehehehehe

    ReplyDelete
  2. ya begitulah mba ... :-(
    patah hati seh ga, cuma nyesel aja ga bisa dapetin dia :-D

    ReplyDelete

ini komentar