Monday, June 4, 2007

Kehampaan Spiritual

Aku duduk di sini dalam kehampaan. Kehampaan yang tiada berujung. Kehampaan yang terus menari-nari di hadapanku dan terus mendekati seluruh jiwa dan ragaku. Ia mengajakku berdansa dan menari menirukan Tarian Saman Sang Rumi dari Anatolia. Tanpa rasa bosan, ia terus mengulurkan tangannya untuk menari bersamanya dan mencapai nirwana kehampaan. Nirwana yang penuh keindahan abstraktif. Keindahan yang hanya ditemukan oleh para resi, syaikh atau brahmana yang telah mencapai mochsa. Nirwana keabadian.
Aku pun akhirnya terlelap dalam desahan nafas tarian dan belaian tangan para penari kehampaan yang terus membelai, meraba, memeluk dan mencium dengan wewangiannya yang khas yang semerbak terbawa angin pilu dari nirwana keabadian. Angin itu terus mendayu-dayu membawa wewangian yang terus-menerus menyebar ke penjuru dunia dan diantar oleh para bidadari nirwana keabadiam. Angin yang menyebarkan kehampaan dunia, bersama keangkuhan, dan kemiskinan hatiku.
Aku hanya bisa menghela dan menarik nafas panjang sekuat tenaga untuk tetap bisa menghirup wangi kehampaan yang perlahan menghilang dari depan hidungku. Aku pun menangis dengan sedu sedan seiring menghilangnya wewangian yang aku puja-puja itu. Tanpa kusadari, aku telah menangis begitu lama begitu parau bagai elegi sang penyair dari negeri 1001 puisi. Menangis tanpa henti melebihi tangisannya Si Majnun yang menangis di pusara Laila. Menangisi semua kehampaan dan kegelisahan yang datang silih berganti.

Arogansi Manusia

Manusia ini manusia yang penuh dengan kesombongan nan keangkuhan. Angkuh, dan sombong membuat ia lupa diri dan bahkan ia telah berlaku arogan terhadap sang Kholiq. Padahal secara normatif ia tahu dan bahkan mungkin faham akan ketidakbenaran sifat arogan nan angkuh, namun kefahamannya ini telah membutakan dan menutup matahatinya bahkan semuanya bisa ia anggap sebagai kebenaran dengan kelihaiannya bersilat lidah dan jurus-jurus penyerangan opininya. Ia bahkan mampu membuat orang percaya dan mengimaninya dengan kelihaian beretorikanya. Sungguh ia mampu melakukan hal demikian. Sangat luar biasa. Namun yang lebih hebat lagi adalah ia mampu membuat yakin hati nuraninya bahkan nuraninya sendiri telah berani berikrar untuk mengimaninya. Nuraninya telah ia perdayai. Sungguh manusia yang luar biasa.
Mestikah ia arogan, padahal ia hanya sebatang kara yang dilahirkan tanpa sehelai busana, tanpa materi dan tanpa apa-apa. Bahkan ia matipun hanya sendirian tanpa pakaian layak bahkan jauh dari keindahan. Bagaimana ia bisa lakukan itu?
Ya Allah, apakah aku ini bagian dari manusia seperti di atas?Jika aku memang demikian, aku mohon petunjuk-Mu agar aku mampu meluluhkan hati ini, agar aku mampu meredam nafsu angkara murka, beri aku petunjuk untuk membebaskan pikiranku dari arogansi dan perilaku yang sombong. Ya Allah, beri aku kekampuan dan komitmen yang kontinu untuk melepaskan sifat jahat dan arogansi apapun dalam perjalanan hidupku. Ya Allah, jika aku tak mampu melakukannya, aku mohon beri kesempatan kepadaku untuk mmemohon ampunan-Mu. Amin...