Friday, September 28, 2007

Perempuanku di Ujung Sana

Entah mengapa aku tak berdaya.... (iwan F.)
sedikit ngutip dari bang iwan

Hari berganti, purnama berganti
Bahkan gerhana pun kulalui
Dengan penuh suka dan sedih

Ya, itulah perjalanan manusia
yang tak mungkin berada dalam satu posisi
Bahkan tak bertahan lama dalam zona kenyamanan

Entah ini sebuah "buah" atau sekadar "daun"
Tapi semua itu mengisyaratkan kedamaian dan asa
Asa yang sudah lama tertidur
Bahkan mungkin telah terbius oleh aromanya

Aku pun tak bisa lagi menghisap aroma,
Wewangian dan aksesoris yang melekatinya
Penuh dengan asa

Di ujung sana dia hanya diam
Terdiam namun dia selalu tersenyum kadang tersipu malu
Di bawah busananya ia tertunduk sendu
Ada kesal dan mungkin duka di rautnya

Aku pun hanya bisa menatapnya dari kejauhan
Berharap suatu hari kumampu menatap lebih dalam
Penuh emosi, penuh kasih dan penuhi realitas sejatinya
Realitas dan waktu pun terus mengingatkanku

Jatinangor, Triple A, 7 September 2007

Mencintaimu

Mencintaimu dengan sederhana dan kesederhanaan
Mencintai dengan apa adanya

Mencintai dengan tulus

Mencintai dengan penuh penghayatan
Mencintai dengan hati

Aku ingin belajar mencintaimu
Mencintai dengan segala ketulusan dan kerendahan hati

Elegi Di Sore Hari

Di Atas pohon ini, sepuluh tahun yang lalu
Aku biasa memandang kejauhan
Menatap hamparan sawah dan ladang
Menatap Jauh ke sana
Menatap para petani yang sedang memanen
Yang sedang menebar benih dan palawija
Termasuk saudara-saudaraku
Aku pun baru saja berhenti untuk melepas dahaga

Angin terasa teramat sepoi
Menerpa rambutku yang mulai memanjang
sambil berayun di atas dahan pohon
Nampak seperti spesies yang agak mirip manusia :-(
Aku tersenyuim mengingat masa kecil
Bermain, dan bercengkrama dengan burung,
Berburu capung dan simeut
Indah nian alam yang ada di depanku ini

Aku pun amat teramat bahagia
Aku bisa merenget nangis atau sekadar teriak-teriak
Bersama teman sepermainan
Atau Sekadar minta ditangkapin burung atau simeut
Kepada kakakku atau ibuku
Tak bisa kubayangkan bahagainya waktu itu

Sekarang, masih tetap di atas dan sesekali di bawah pohon yang rindang
Pohon Mangga yang nampak makin tua dan makin rindang
Pohon terbesar di kebunku
AKu hanya bisa tersedu menatap pesawahan
yang Kian hari-kian mengering
Tanah-tanah mulai pecah-pecah nampak seperti orang yang sariawan
Kering dan bibir-bibir tanah ini pecah
Entah bisa apa tidak disembuhkan
Entah obat sariawan bisa menyembuhkan pesawahan ini
Menymbuhkan kekeringan yang terus melanda setiap daerah
Menyemnuhkan mereka-meraka yang seang mencari sesuap nasi
Untuk anak-anak dan istri mereka

AKu hanya bisa terdiam menatap mereka yang coba bangkit
Mentyiram palawija dan tanaman musiman
Untuk tetap bertahan hidup
Lari dari kemiskinan pedesaan
Mereka bangkit untuk tidak terbelenggu kekeringan
Untuk anak mereka yang sedang sekolah
Untuk bayaran SPP, Bangunan, dan Uang Jajan
Tak peduli siang dan malam
Tak peduli Hujan atau Kemarau
Merek terus menyiram
Menyiram keringnya tanah
Menyiram keganasan dunia
Berat nian beban hidupmu, saudaraku
Susah betul kau nyari sesuap nasi

Sekali lagi aku hanya bisa diam, tersedu
meneteskan air mata
yang tak mungkin bisa menyiram keringnya sawah dan ladang
Apalagi membuat subur tanah ini

Tak hanya tanah-tanah yang biasa dulu kami tanami padi dan palawija
semua tanah dan daratan yang ada di depnku menjadi kering kerontang
bahkan pecah-pecah bagai bibir yang terkena panas dalam dan sariawan
Semua orang merasa lesu
Kami berharap, buah-buahan bisa menyelamatkan kami
dari kekeringan
sebagai obat dahaga dan sariawannya tanah ini.

AKu ingin sekali menjadi obat bagi tanah dan mereka-mereka yang kekeringan
Menyembuhkan bibir-bibir tanah yang pecah-pecah
Mengobati panas dalam yang mereka alami
Dan membuat ceria para petani dan anak-anaknya
Menyekolahkan mereka
Membuat mereka cerdas, pinter dan mandiri
Membuat mereka sadar akan beban yang orang tua merek pikul
Membuat mereka makmur, sejahtera dan damai
Menempuh hidup, menanti masa tua
bersama isteri dan anak-anak mereka juga cucunya

Kuningan, Agustus 2007

Di bawah pohon mangga, di sekitar Sawah Lega