Di Atas pohon ini, sepuluh tahun yang lalu
Aku biasa memandang kejauhan
Menatap hamparan sawah dan ladang
Menatap Jauh ke sana
Menatap para petani yang sedang memanen
Yang sedang menebar benih dan palawija
Termasuk saudara-saudaraku
Aku pun baru saja berhenti untuk melepas dahaga
Angin terasa teramat sepoi
Menerpa rambutku yang mulai memanjang
sambil berayun di atas dahan pohon
Nampak seperti spesies yang agak mirip manusia :-(
Aku tersenyuim mengingat masa kecil
Bermain, dan bercengkrama dengan burung,
Berburu capung dan simeut
Indah nian alam yang ada di depanku ini
Aku pun amat teramat bahagia
Aku bisa merenget nangis atau sekadar teriak-teriak
Bersama teman sepermainan
Atau Sekadar minta ditangkapin burung atau simeut
Kepada kakakku atau ibuku
Tak bisa kubayangkan bahagainya waktu itu
Sekarang, masih tetap di atas dan sesekali di bawah pohon yang rindang
Pohon Mangga yang nampak makin tua dan makin rindang
Pohon terbesar di kebunku
AKu hanya bisa tersedu menatap pesawahan
yang Kian hari-kian mengering
Tanah-tanah mulai pecah-pecah nampak seperti orang yang sariawan
Kering dan bibir-bibir tanah ini pecah
Entah bisa apa tidak disembuhkan
Entah obat sariawan bisa menyembuhkan pesawahan ini
Menymbuhkan kekeringan yang terus melanda setiap daerah
Menyemnuhkan mereka-meraka yang seang mencari sesuap nasi
Untuk anak-anak dan istri mereka
AKu hanya bisa terdiam menatap mereka yang coba bangkit
Mentyiram palawija dan tanaman musiman
Untuk tetap bertahan hidup
Lari dari kemiskinan pedesaan
Mereka bangkit untuk tidak terbelenggu kekeringan
Untuk anak mereka yang sedang sekolah
Untuk bayaran SPP, Bangunan, dan Uang Jajan
Tak peduli siang dan malam
Tak peduli Hujan atau Kemarau
Merek terus menyiram
Menyiram keringnya tanah
Menyiram keganasan dunia
Berat nian beban hidupmu, saudaraku
Susah betul kau nyari sesuap nasi
Sekali lagi aku hanya bisa diam, tersedu
meneteskan air mata
yang tak mungkin bisa menyiram keringnya sawah dan ladang
Apalagi membuat subur tanah ini
Tak hanya tanah-tanah yang biasa dulu kami tanami padi dan palawija
semua tanah dan daratan yang ada di depnku menjadi kering kerontang
bahkan pecah-pecah bagai bibir yang terkena panas dalam dan sariawan
Semua orang merasa lesu
Kami berharap, buah-buahan bisa menyelamatkan kami
dari kekeringan
sebagai obat dahaga dan sariawannya tanah ini.
AKu ingin sekali menjadi obat bagi tanah dan mereka-mereka yang kekeringan
Menyembuhkan bibir-bibir tanah yang pecah-pecah
Mengobati panas dalam yang mereka alami
Dan membuat ceria para petani dan anak-anaknya
Menyekolahkan mereka
Membuat mereka cerdas, pinter dan mandiri
Membuat mereka sadar akan beban yang orang tua merek pikul
Membuat mereka makmur, sejahtera dan damai
Menempuh hidup, menanti masa tua
bersama isteri dan anak-anak mereka juga cucunya
Kuningan, Agustus 2007
Di bawah pohon mangga, di sekitar Sawah Lega