Tuesday, February 12, 2008

Fenomena Apa ini?

Bencana alam dimana-mana. Banjir di Jakarta, Surabaya, Jember, Pasuruan, dan sekitar Pulau Jawa nampaknya tiada henti-hentinya datang tiap tahun. Sawah - sawah penduduk kebanjiran, jalan-jalan digenangi air bah, sungai-sungai meluap. Di samping itu ombak di laut begitu tinggi mencapai 2-5 meter. Nelayan-nelayan tidak bisa lagi melaut. Mereka takut terjerembab dan karam ke dasr laut. Di ujung Timur Indonesia, sekitar Maluku dan Irian Jaya, kapal-kapal tenggelam tersapu ganasnya ombak. Orang-orang pun segan untuk bepergian lewat jalur laut.

Ironisnya, di musim kemarau hutan-hutan kebakaran--atau sengaja dibakar --pesawahan kekeringan, sungai-sungai kering kerontang, bahkan banyak masyarakat yang kekurangan air bersih. Buat minum saja susah apalgi buat mencuci, mandi dan keperluan lainnya.

Di sektor pertanian, akhir-akhir ini susah menentukan iklim untuk menanam padi atau produk pertanian lainnya. Kekurangan sumber hara, kekurangan zat-zat penting tumbuhan nampaknya juga menyebabkan berbagai tanaman tidak tumbuh dengan baik. Alhasil produk pertanian menjadi kurang baik. Apakah karena zat dan bahan-bahan kimia? Pemakaian pupuk yang berlebihan, pemakaian pestisida yang tidak perlu bahkan berlebihan. Lagi-lagi tanah dan tanaman petani jadi rusak dan sering ditemui hama yang variatif dan bahkan kebal terhadap pestisida.
Di sektor ekonomi dan perdagangan, harga produk pertanian kita sangat murah, sehingga para petani mendapat kerugian. Mereka bahkan tidak sampai mencapai BEP (break event point) sekalipun. Luar biasa.

Kembali ke masalah lingkungan. Sekarang kita lihat di sekitar kita. banyak sampah bertebaran dimana-mana. Orang dengan seenaknya buang sampah dimana saja. Tak peduli. katung-kantung sampah pun jarang ditemukan, masyarakat pun tak sadar sehingga buang sampah seenaknya aja dimana. Jangan jauh-jauh deh, lihat lingkungan sekitar kita. Puntung rokok, bekas permen, palstik-plastik kecil itu dengan mudahnya dibuang di sembarang tempat. Coba kita bayangkan, kalau ada 1 Juta orang yang buang puntung rokok di solokan atau di sekitar jalan setiap hari dengan asumsi satu puntung rokok itu 10 gram maka akan terdapat sampah 1o juta gram (10 kg sampah puntung rokok). Itu baru satu juta orang. Bagaimana kalau 100 juta orang yang membuang puntung rokok, maka akan ada 1 Milyar gram (1 juta kg sampah). Bagaimana kalau yang buang bekas permen? ada 100 juta orang yang buang bungkus permen? coba hitung.

Bagiamana kalau ada yang buang sampah rumah tangga ke sungai, ke kali atau got setiap hari. Bagimana kalau ada 100 Juta rumah penduduk Indonesia yang membuang sampah setiap harinya. Kita asumsikan lagi, tiap rumah dalam setiap hari membuang 1 kg sampah (organik+anorganik) maka akan ada 100 juta kg sampah yang tersebar di Indonesia. kemana akan kita buang sampah yang 100 juta kg sampah itu setiap harinya? ke laut? itu ide yang sangat buruk.

wajar kalau jakarta terutama sungai-sungai yanga mengalir di sekitar Jakarta itu bau busuk, kotor, hitam, dan penuh sampah busuk. Wajar juga kalau setiap musim hujan banjir datang menggenang. Itu jika kita mengesampingkan daerah resapan air. Kalau kita menambah dengan daerah resapan air yang makin berkurang maka akan timbul maslah yang lebih besar. Kalau kita bicara daerah resapan air, terdiri dari banyak pepohonan maka paling tidak ada celah-celah air yang dibuat oleh akar tumbuhan yang menembus kedalaman tanah. Di sana akan tersimpan kantung-kantung air yang akan menggenang di dalam tanah. Semakin banyak tumbuhan yang tumbuh di sekitar kita maka akan semakin banyak kantung-kantung air yang bisa menampungnya. Maka akan semakin jauh kita dari banjir. Bagaimana dengan Jakarta? Lihat aja daerah yang tak ada resapan air pastinya akan banyak tergenang air di musim hujan sebab tak ada lagi kantung-kantung air yang akan menampung air hujan. Terlebih-lebih lagi kalau ada gelombang pasang. Pastinya air laut akan masuk ke daratan.

Bagaimana dengan daerah lain yang sering juga terkena banjir, padahal mereka dekat dengan hutan, atau laut? banjir tetap melanda kawasan itu. Coba kita lihat bagaimana kondisi hutan sebagai resapan airnya? Bagaimana kualitas hutannya? Ini juga mesti jd bahan renungan kita bersama.

Jika sudah begini keadaan seperti indonesia, apa yang akan kita lakukan? apa yang bisa kita lakukan? sebab jika ini dibiarkan selama puluhan tahun, maka pulau jawa akan terendam air.
mau pindah kemana kita?

No comments:

Post a Comment

ini komentar